Payakumbuh, SUMATRALINE ---
Sehubungan dengan telah keluarnya keputusan Gubernur Sumatera Barat tantang kebijakan masuk sekolah, hanya 6 kota/kabupaten di Sumbar yang kembali ke sekolah mulai 13 Juli 2020. Sementara untuk Pemerintah Kota Payakumbuh belum membolehkan tatap muka atau masuk sekolah diberlakukan.

Wali Kota Riza Falepi rapat bersama jajaran pendidikan di Aula Randang Lantai II Balaikota, Kamis (9/7). Turut hadir Kacabdisdikwil IV Sumbar Asricun, Sekda Rida Ananda, Asisten III Amriul Dt. Karayiang, Kadis Pendidikan Agustion, Kadis Kesehatan dr. Bakhrizal, Kalaksa BPBD Yufnani Away, serta Kepala SMA/SMK, se Kota Payakumbuh.

Wako Riza Falepi menyampaikan ini adalah tugasnya sebagai kepala daerah mengerjakan persoalan yang seharusnya menjadi konsentrasi seluruh pihak saat ini, bagaimana menekan penyebaran wabah Covid-19.

"Kalau dibilang tingkat kehati-hatian kita berlebihan? Boleh dikatakan iya. Namun ini kebijakan masing-masing kepala daerah. Rapat hari ini menentukan bagaimana pola koordinasinya tentang kebijakan sekolah di tengah pandemi ini dibangun, perkembangannya harus kita ikuti," kata Riza Falepi.

Sebagai ketua tim gugus tugas, Riza menegaskan secara wewenang, kebijaka bagi SD dan SMP memang dikontrol penuh pemerintah kota, meski SMA adalah kewenangan provinsi, secara teritorial Riza menegaskan selaku wali kota itu menjadi urusannya. Karena anak-anak yang bersekolah SMA dan SMK di Payakumbuh adalah warganya.

"Mari kita menyamakan persepsi, Payakumbuh ingin mengikuti standar penanganan kesehatan Covid-19 seperti negara maju. Meski tak seperti Amerika dan Jepang, namun mendekati lah, kita tidak mau kendor melawan Covid-19 ini. Aturan sudah ada, maka rapat kali ini dibuatlah diskusi lebih lanjut bagaimana mendudukkannya bersama," kata Riza.

Selain itu, Riza menyampaikan selagi anak-anak belajar daring dari rumah, biaya kuota internet atau pulsa menjadi salahsatu kendala yang dikeluhkan wali murid.

"Saya ingin membantu menyediakan secara gratis pulsa bagi anak sekolah nanti lewat lurah, nanti kita carikanlah regulasinya gimana," katanya. 

Sementara itu, Kadis Kesehatan dr. Bakhrizal mengatakan dewasa ini, ada orang yang takut dengan Covid-19 dan ada yang 'bagak' dengan Covid-19, dan itu wajar. Namun Bakhrizal menerangkan Melihat kasus di kota lain, ada satu keluarga meninggal. Di Payakumbuh alhamdulillah 20 kasus, tidak ada yang meninggal. Beruntungnya virus tidak seganas di Surabaya, beruntun semuanya.

"Di pengambil kebijakan, kita lebih care atau peduli. Potensi, usia 50 tahun keatas beresiko kematian, apalagi orang-orang yang dengan penyakit penyerta gejala Covid-19. Jangan sampai ada yang meninggal perdana di kita akibat Covid-19," ujar Dokter Bek.

Di sisi lain, Makziwel, Kepala SMAN 4 Payakumbuh menyampaikan harapan bagaimana nanti apakah dibutuhkan petugas medis yang tau penanganan Covid-19 di sekolah, karena saat ini umumnya SMA sudah punya ruang UKS yang standarnya bagus.

Kepala sekolah lainpun setuju bila ada petugas UKS dari profesional yang akan ditugaskan, sekolahpun siap menggaji mereka.

"Tentu ini bagus untuk membimbing anak-anak bagaimana menerapkan aturan protokol kesehatan di tengah wabah Covid-19 saat nanti sudah masuk sekolah," kata kepala sekolah lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top