Jakarta
- Kondisi bangsa yang saat ini sedang mengalami keresahan sosial akibat anasir-anasir bermuatan SARA sangat mengkhawatirkan berbagai pihak. Pemerintah dan berbagai pihak yang peduli, pun secara masif mengadakan berbagai kegiatan diskusi dan lainnya guna merajut kembali persatuan dan kesatuan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.


Komunitas milenial @CorongRembuk di Instagram, menggelar diskusi interaktif luring serta daring bertema “Bhinneka, Mau Dibawa Ke Mana?”, pada Rabu (2/2/2022) di Kedai Tjikini dengan narasumber Ridho Ary Azhari (ketua bidang Ristek DPP Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia-GMNI), Daud A. Gerung (ketua bidang Polkumham PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia-PMII), dan Ilham Fadli (ketua bidang Pembangunan Demokrasi dan Pemerintahan PB Himpunan Mahasiswa Islam-HMI). 


Acara dimoderatori oleh Rezki Adminanda dari GMNI yang juga peneliti muda SPEKTRUM Politika.

Sesuai kehidupan kekinian di era global para milenial, konten social media menjadi salah satu perhatian menarik para panelis maupun peserta.


Masih miskinnya konten bermuatan edukasi kebhinnekaan membuat generasi muda masa kini banyak yang kurang memahami karakter bangsa yang penuh dengan keragaman adat istiadat, budaya, suku, agama dan latar belakang lainnya. 


Para milenial dalam diskusi bersama Ridho Ary Azhari, Daud A Gerung, dan Ilham Fadli  berharap media lebh banyak dan sering menampilkan konten dengan muatan kebhinnekaan, masalahnya, saat ini belum banyak konten creator yang menjadikan kebhinnekaan sebagai tema.


“Masih sebatas untuk hiburan saja,” ujar Ridho Ary Ashari.


Guna memahamkan kembali karakter bangsa yang terdiri atas berbagai keragaman itu, edukasi dan promosi terhadap substansi kebhinnekaan agar terus digaungkan, agar tak terjebak ketika  membahas kebhinnekaan langsung terasosiasikan dengan pakaian daerah serta tarian daerah. 


“Caranya adalah kita harus memahami nilai nilai kebudayaan itu sendiri dan bagaimana kita mengemasnya sesuai dengan kebutuhan zaman, maka dari itu sederhananya kita selami kembali apa arti kebhinnekaan bagi kita. Dari situ kita akan bisa mengemas dan menawarkan ke publik. Karena hari ini kebanyakan dipenuhi soal konten soal yang negatif, maka dari itu tantangan kita hari ini adalah bukan lagi melawan penjajah tapi tantangan kita mengisi ruang sosial kita atau sosial media dengan konten memajukan bangsa,” terang panelis Daud A Gerung, diaminkan panelis lainnya.


Di Indonesia sendiri cukup banyak pemimpin yang mampu mengimplementasikan visi kebhinekaan dalam setiap derap langkah politik yang dilakukan. Oleh karena itu menurut Daud, pemimpin tersebut memiliki potensi untuk mendorong giat-giat kemaslahatan yang berefek terhadap kerukunan berkehidupan. “Melihat Indonesia saat ini yang dihadapkan pandemi, ikhitar gotong royong sangat diperlukan agar masyarakat Indonesia tetap sehat dimasa pandemi ini,” ucapnya.


Para panelis baik Daud, Ilham dan Ridho sepakat soal kebhinnekaan menjadi penting dibahas, agar generasi penerus (milenial) terdorong  untuk membicarakan perbedaan kebudayaan sebagai konten, dan membangun awareness atau kesadaran akan kekayaan Indonesia.


Pemahaman akan kebhinnekaan yang saat ini dinilai masih kurang, perlu aktualisasi melalui keteladanan dari para tokoh bangsa.


Para milenial peserta diskusi juga sama-sama menyetujui bahwa pemimpin bangsa dan negara di masa mendatang harus mencerminkan tauladan dari kebhinnekaan. 


Hadirnya sosok yang terus menggaungkan kebhinekaan seperti politisi perempuan, negarawan, yang kini Ketua DPR RI Puan Maharani, bagi para milenial menjadi harapan baru di tengah era globalisasi, karena mengusung kebhinnekaan sebagai isu, guna mengeratkan kembali tali kebhinnekaan yang telah dijadikan sebagai pita pengikat dalam ideologi Pancasila yang digali oleh para founding fathers.


Dikatakan Ilham Fadli, Kkebhinnekaan harus menjadi isu strategis para negarawan, para pemimpin di berbagai tingkatan dalam konteks kampanye-kampanye baik itu pilpres, pilgub maupun pilkada-pilkada.


“Apa yang dilakukan Ibu Puan Maharani mengusung Kebhinnekaan itu bukan suatu hal baru, namun tentu sudah melalui kajian mendalam mengapa isu itu yang diusung,” ucap Ilham Fadli.


“Hal kecil bisa dilakukan dengan menggemakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kaum millenial dalam bergotong royong, bahu membahu dalam berkehidupan,” ujar Ilham Fadli.


Dalam melihat kondisi tersebut, Indonesia memiliki segudang pemimpin potensial yang mampu mewadahi visi kebhinekaan. “Pemimpin seperti Ketua DPR Puan Maharani dan Presiden Jokowi adalah sosok yang potensial untuk concern ini,” tambahnya.(**)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top