Limapuluh Kota, SUMATTALINE – Persiapan peringatan  Peristiwa Situjuah “15 Januari 1949” ke-74 tahun 2023 terus dimatangkan. Hal itu ditandai kedatangan Tim Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Rabu (11/01/2023), melakukan konsolidasi dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, Pemerintah Nagari Situjuah Batua dan kekuatan kemasyarakatan lainnya.  Tim Pemprov Sumbar dipimpin Kepala Biro Umum Setdaprov Syefdinon, Kabid Idiologi Wawasan Kesbangpol Adi Darma. “Pelaksanaan peringatan peristiwa Situjuah ke-74 tahun 2023 ini baru pertama kali dilaksanakan oleh Pemprov Sumbar, yang sebelum dilaksanakan oleh Pemda Limapuluh Kota dan nagari, untuk itu butuh kerjasama dalam mensukseskan pelaksanaan peringatan peristiwa Situjuah”, kata Kabiro Umum Syefdinon. Turut hadir pada kesempatan itu Kabid Kebudayaan Husin Daruhan, Dinas Perhubungan, Satpol PP, Dinas Koperasi UKM, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Protokoler didampingi Kaban Kesbangpol Limapuluh Kota Joni Amir, Camat Situjuah Limo Nagari, dan Wali Nagari Situjuah Batua, Polsek dan Koramil.

Keseluruhan pejabat serta panitia pelaksana mengecek kesiapan pelaksanaan peringatan Peristiwa Situjuah di Lapangan Khatib Sulaiman Situjuah Batua. Kemudian dilanjutkan di makam pahlawan Lurah Kincia, makam pahlawan Situjuah Banda Dalam, dan makam pahlawan Situjuah Gadang. Dikutip dari berbagai sumber peristiwa heroik mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, pada episode Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) bermula dari penyerangan oleh pasukan penjajah Belanda terhadap para pejuang kemerdekaan Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang menewaskan beberapa orang pimpinan pejuang dan puluhan orang anggota pasukan lainnya. Dalam salah satu mata rantai perjuangan PDRI itulah terjadi suatu peristiwa pada tanggal 15 Januari 1949, dimana puluhan orang pejuang yang terdiri dari beberapa pimpinan dan puluhan anggota pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK) tewas seketika diberondong tembakan oleh pihak penjajah Belanda. Peristiwa itu terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat.

Malam sebelumnya pada 14 Januari 1949 para pejuang tersebut mengadakan rapat untuk membahas strategi dalam menghadapi agresi yang dilakukan pihak Belanda yang dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II. Rapat itu atas instruksi Gubernur Militer Sumatra Tengah Sutan Mohammad Rasjid dan dipimpin oleh Chatib Sulaiman selaku Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah. Selain itu rapat juga diikuti oleh beberapa orang pimpinan pejuang lainnya, diantaranya Arisun Sutan Alamsyah (Bupati Militer Lima Puluh Kota), Letnan Kolonel Munir Latief, Mayor Zainuddin, Kapten Tantawi, Lettu Azinar, Letda Syamsul Bahri serta 69 orang pasukan Barisan Pengawal Negeri dan Kota (BPNK). Hasil rapat memutuskan bahwa mereka akan menyerang kota Payakumbuh yang diduduki Belanda, dan akan menduduki kota itu sambil menggelorakan semangat perlawanan gerilya rakyat untuk membuktikan pada dunia internasional bahwa Pemerintahan Republik Indonesia masih ada dan didukung rakyat yang terus melakukan perlawanan dan perjuangan. 

Semua itu dilakukan untuk melawan propaganda Belanda yang selalu mengatakan bahwa mereka telah menguasai Indonesia sepenuhnya setelah mereka berhasil menduduki ibu kota Republik Indonesia, Yogyakarta, serta menangkap dan mengasingkan para pemimpin Republik Indonesia. Subuh hari setelah beristirahat seusai rapat, ketika hendak melaksanakan shalat subuh tiba-tiba mereka diserang oleh pihak Belanda. Para pimpinan pejuang yang ikut menghadiri rapat tersebut beserta puluhan pejuang lainnya pun gugur seketika. Peristiwa yang terjadi di Lurah Kincia, Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat itu dikenang sebagai "Peristiwa Situjuah. ( Tim Kominfo )

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top