Ada Baliho, Bersihkan Got, Duduk di Warung dan Bagikan Sembako : Itu Pertanda Pemilu Sudah Dekat

Oleh : Novri Investigasi

Aroma Pemilihan Umum (Pemilu), sudah terasa. Pesta demokrasi tinggal hitungan bulan. Calon legislatif, sudah mulai setor wajah. Bahkan, juga turun kelapangan menemui warga. Beragam gaya, termasuk berbagi Sembako (Sembilan Bahan Pokok). Selama ini, entah kemana sekarang sok akrab dan hadir ditengah warga. Masuk got dan shalat berjemaah di mesjid, mushalla juga dilakoninya

Baliho, kalender dan pamflet menghiasi sudut kota, kampung. Wajah dipasang dibaliho dipoles habis, terlihat gagah dan cantik. Bahkan, jauh dari aslinya. Bagaikan, lirik sebuah lagu Kau Bukan Dirimu Lagi. Para Caleg memasang poto visual editing dengan gaya melibatkan saran fotografer. Poto dipampang memperlihatkan magisme tentang wajah sebagai angle utama.

Baliho itu, layaknya artis iklan. Diambil dari sudut yang sangat menarik. Bisa dipastikan, tak satupun Caleg memasang poto standar. Seperti untuk KTP, SIM atau ijazah. Para Caleg mengapitalisasi sudut wajah terbaik mereka. Termasuk pencahayaan dan editing photoshop. Itupun disertai senyuman dan pencahayaan yang cemerlang.

Ironisnya, selama ini tak pernah pakai peci, poto dipasang pun bernuansa Islami. Lengkap berlatar belakang mesjid dan berselempang kain didada. Layaknya seorang buya. Padahal, selama ini keseharian biasa biasa saja. Nuansa Pileg merubah segalanya. Jauh dari wajah dan karakter asli.  Politik identitas demi  satu tujuan menarik simpatik warga.

Tidak saja, pencitraan lewat baliho, juga dilakukan ditengah masyarakat. Selama ini jarang duduk di lapau, sekarang bertandang ke warung berkumpul bersama warga. Tak pernah shalat berjemaah di mesjid atau mushalla, sekarang datang paling cepat dan mengisi barisan depan. Sebelumnya, jarang bertegur sapa,  sekarang senyum menghiasi pipi setiap bertemu warga.

Setiap ada acara di kampung tak pernah datang, apalagi menyumbang. Kegiatan gotong royong tak pernah hadir, sekarang tampil terdepan. Selama ini ‘saku bajaik’, sudah mulai royal. Perubahan 360 derjat dari sebelumnya dengan satu harapan bisa menarik simpatik dan mendapatkan suara pada pertarungan Pileg 2024 nanti.

Begitu juga petahana, selama ini menemui warga menjemput aspirasi, sekarang mulai sering terjun kelapangan. Selama ini, turun reses dibiayai negara mendatangi warga, sekarang hampir tiap hari. Pokir dan Bansos membantu warga, sekarang mulai menggunakan uang pribadi berbagi Sembako maupun sumbangan lainnya. Agenda sekali lima tahun jelang dapat suara.

Ini hampir terjadi sekali lima tahun mengiring pesta demokrasi. Pesta habis, kembali ke pribadi semula dan menjadi diri sendiri. Bagi yang terpilih, menikmati pesta ini dan susah lagi ditemui. Begitu juga yang tak terpilih, menghilang entah kemana dan enggan menyapa warga. Entahlah, ada ada saja yang terjadi pada pesta demokrasi ini. Tapi, biarlah warga sekarang sudah cerdas menilai. Sembako diterima saja, serangan pajar dinikmati saja. Urusan dipilih atau tidak, nanti saja dibilik suara.(***)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top