Armada RI Penjaga Laut Nusantara 

Oleh Komandan Satrol Lantamal II Padang, Kolonel  Laut (P)  Afif Yuhardi Putera, SE, MM, MA.


Padang - Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau, di mana hanya sekitar 7.000 pulau yang berpenghuni. Tidak heran sejarah membuktikan bahwa Indonesia adalah negara maritim sejak dulu kala, dimana banyak peninggalan sejarah dan karakter orang Indonesia yang menunjukan ciri khas bangsa pelaut yang tangguh. Berdasarkan sumber‐sumber sejarah, sejak awal‐awal abad Masehi, di pantai barat Sumatera sudah terdapat kota‐kota pantai dan bandar yang menjadi pusat perdagangan lada dan emas. Saat itu di pantai barat Sumatera banyak sekali bandar‐ bandar perniagaan tradisional yang ramai dikunjungi oleh bangsa asing, di antaranya Pulau Pisang, Barus, Sibolga, Air Bangis, Tiku, dan lain sebagainya.

Selama ini wilayah pantai Sumatera Barat cenderung dilupakan orang karena kedudukannya telah tergeser oleh pantai timur Sumatera, khususnya Selat Malaka, padahal di masa lampau, kedudukan pantai barat Sumatera Barat sangatlah penting dalam perkembangan sejarah Bangsa Indonesia terutama abad ke‐15 – 19 Masehi. Namun dengan berubahnya teknologi dan lingkungan strategis, pantai barat sumatera di perediksi akan menjadi salah satu tempat yang memiliki peranan penting, mengingat masih banyak sekali hal yang belum di explorasi di wiayah tersebut.

Mengalir dengan hal diatas para ahli menyepakati bahwa lingkungan keamanan saat ini bergerak lebih cepat, lebih kompleks, dan semakin kompetitif. Dimana waktu adalah salah satu elemen yang paling penting dan tak kenal ampun dalam lingkungan tersebut dimana segala sesuatunya bergerak sangat cepat, termasuk negara di sekitar kita meningkatkan kemampuan militernya denga sangat cepat. Semakin sering kita mendengar satu kata untuk menggambarkan kecepatan: eksponensial, dalam banyak hal, teknologi informasi mendorong hal ini, dan lajunya tidak bisa dibendung. 

Dinamika yang eksponensial dan kompleks ini terjadi di lautan. Seiring bertambahnya populasi dunia, semakin banyak pula yang pindah ke pesisir. Jumlah orang yang melakukan perjalanan ke laut untuk berdagang dan mencari makanan semakin meningkat: lalu lintas maritim telah meningkat sebesar 400 persen selama 25 tahun terakhir, dan produksi akuakultur dunia meningkat 13 kali lipat dalam jangka waktu yang sama. Seiring dengan meningkatnya minat maritim, hal ini mendorong masyarakat untuk mempertaruhkan klaim di laut atas minyak, gas alam, dan mineral yang semakin mudah diakses seiring kemajuan teknologi dan menyusutnya lapisan es di kutub. Dan masyarakat tidak hanya memanfaatkan sumber daya bawah laut, namun juga memanfaatkan dasar laut itu sendiri.

Sembilan puluh sembilan persen (99%) dari seluruh telekomunikasi antarbenua menggunakan kabel bawah laut, dan jumlah kabel terus bertambah untuk mendukung permintaan data yang tidak pernah terpuaskan (eksponensial).
TNI Angkatan Laut sebagai salah satu komponen pertahanan kemanan bangsa Indonesia sudah barang tentu akan memiliki peranan yang sangat vital dalam menjaga kedaulatan Indonesia terutama di wilayah barat, di mana hegemoni dunia yang telah bergeser ke wilayah Asia menunjukan Kawasan Asia akan menjadi wilayah yang memegang peranan penting di dunia. Tidak heran Presiden Jokowi dalam kampanye pertamanya memunculkan gagasan menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritiim Dunia.

Hal ini semakin menegaskan peranan TNI AL akan semakin penting untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI. Mengalir dengan gagasan tersebut TNI AL telah memiliki ARMADA RI yang memang bertugas sebagai penjaga kedaulatan dilaut, Armada RI sebagai kekuatan tempur Angkatan Laut, pada hakekatnya lahir dan tumbuh bersama kelahiran TNI.

Armada RI tidak pernah absen dalam usaha menegakkan dan mempertahankan kedaulatan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam masa penugasan mempertahankan kemerdekaan Armada RI telah berhasil melaksanakan berbagai operasi laut, antara lain penerobosan blokade laut Belanda, ekspedisi lintas laut dalam rangka pengiriman pejuang kemerdekaan dan mengobarkan semangat perjuangan diberbagai daerah di luar pulau jawa.
Pada tanggal 5 Desember 1959 Kepala Staf ALRI Komodor Laut R.E. Martadinata meresmikan pembentukan Organisasi Komando Armada Republik Indonesia. 

Pembentukan Armada tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting dalam memacu terwujudnya sebuah Angkatan Laut RI yang kuat modern. Melihat masa peresmian pada tahun 1959, sebagai momentum modernisasi kekuatan Angkatan Laut yang sudah dicapai dan kekuatan Angkatan Laut telah memenuhi semua unsur kekuatan sebagai Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) terdiri dari Kapal atas air, Kapal bawah air, Pesawat udara, Pasukan pendarat serta didukung Pangkalan. Pada masa itu, Armada RI mempunyai peran yang sangat besar dalam pelaksanaan Operasi Trikora dan Dwikora. 

Tugas pokok Koarmada adalah menyelenggarakan Komando administratif dan mengkoordinasi Komando Jenis (Konjen) dalam rangka menyiapkan kesiapan tempur satuan jenis masing-masing dan menyelenggarakan Komando Operasional. Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Armada RI membentuk Eskader Barat (Eskabar) dan Eskader Timur (Eskatim). Pada tahun 1979 Kedua Eskader tersebut dilebur menjadi Eskader Nusantara. Terbatasnya pengadaan suku cadang kapal dan pertimbangan efisiensi komando TNI AL maka di jajaran Armada RI dibagi dalam dua komando armada, yakni Komando Armada Barat (Koarmabar) dan Koamando Armada Timur (Koarmatim).

Sumatera Barat dalam hal ini Padang merupakan bagian dari Pangkalan wilayah Koarmada I yang memiliki peranan sangat strategis dimana sebagai Lantamal atau pangkalan utama TNI AL di bawah jajaran Armada I, merupakan sebagai pangkalan aju utama dalam semua operasi yang di gelar di wilayah barat sumatera.

Melihat sejarah yang ada sudah barang tentu peranan Armada akan sangat vital sebagai benteng pertahanan terdepan, mengingat segala bentuk ancaman akan dihadapi dulu di laut, bukan di darat, dengan kondisi dan perkembangan teknologi yang ada saat ini merupakan suatu hal yang aneh bila pertahanan di darat yang diutamakan padahal musuh akan memasuki wilayah pertahanan melalui laut dan udara, sehingga sudah seyogyanya cara bertempur yang di kembangkan dan ditingkatkan lebih mengutamakan supremasi laut dan udara, bisa dibayangkan bila ada pencuri masuk ke rumah kita sudah barang tentu penjagaan kita sudah jebol, namun bila di sekeliling rumah kita di jaga secara ketat, sudah barang tentu tidak ada pencuri yang berani masuk.

Paradigma perubahan ini mengubah karakter persaingan dan peperangan angkatan laut modern, dan dieksploitasi pada tingkat yang berbeda-beda, oleh sejumlah negara, baik Amerika, Tiongkok maupun Rusia mampu bersaing dalam skala global, di semua bidang, dan dengan kecepatan yang kompetitif. Selain Amerika keduanya juga memiliki kekuatan ruang angkasa, dunia maya, dan nuklir yang besar. Keduanya menantang pengaruh dan kepentingan AS dalam memperluas wilayah di dunia, seringkali di wilayah maritim. Mereka sangat eksplisit mengenai tujuan maritim mereka, dan telah bergerak dengan cerdas untuk memajukan tujuan tersebut. 

Sebagai contoh buku putih Tiongkok pada tahun 2015 menegaskan bahwa “mentalitas tradisional bahwa daratan lebih besar daripada lautan harus ditinggalkan. Tiongkok perlu mengembangkan struktur kekuatan militer maritim modern yang sepadan dengan keamanan nasional dan kepentingan pembangunannya, sehingga dapat memberikan dukungan untuk membangun dirinya menjadi kekuatan maritim.” Tujuan ini tercermin dalam upaya pembuatan kapal Induk Tiongkok, yang baru-baru ini digambarkan oleh para analis sebagai “kecepatan yang luar biasa,” dengan armada yang “dimodernisasi dengan kecepatan luar biasa dan tidak menunjukkan tanda-tanda perlambatan.

” Sebagai dua contoh saja, hingga tahun 2009, Tiongkok memiliki satu kapal selam rudal balistik; sejak itu telah bertambah tiga lagi. Dan Angkatan Laut Tiongkok menugaskan 18 kapal tahun lalu, untuk beroperasi di seluruh dunia. Tiongkok telah menggunakan armada yang semakin berkembang dan modern ini untuk berlayar ke seluruh dunia, mengunjungi pelabuhan di seluruh dunia, dan membangun pangkalan baru di luar negeri.

Penelitian yang dilakukan baru-baru ini menghasilkan beberapa kesimpulan umum mengenai kekuatan angkatan laut yang paling efektif dalam memberikan pilihan yang kredibel. Salah satunya adalah jumlah kapal dalam armada Angkatan Laut menentukan di mana kita bisa berada, dan keberadaan kita di sana merupakan kunci kekuatan angkatan laut. Selain itu, angka saja tidak cukup namun kemampuan apa yang bisa dilakukan sebuah platform – seberapa mampu platform kapal tersebut melaksanakan operasi yang berbagai macam. 

Secara umum, sebagian besar analisis mengambil pendekatan evolusioner yang berupaya meningkatkan kemampuan Angkatan Laut saat ini, dengan meningkatkan teknologinya. Hal ini menunjukkan bahwa Angkatan Laut harus lebih besar agar dapat terus memberikan pilihan yang tepat waktu bagi para pemimpin nasional di bidang-bidang yang penting. Selain itu, platform harus disertai dengan persediaan suku cadang perbaikan, program pemeliharaan, dan jumlah orang terlatih yang memadai agar tetap seimbang dan mampu. 

Angkatan Laut harus mampu beroperasi dengan kemampuan yang tepat dalam jumlah yang cukup untuk menyerang, menipu, dan bertahan dari rudal musuh, kapal selam, serta serangan siber dan elektronik. Jadi armada masa depan harus lebih besar dan lebih mampu, serta hadir lebih cepat di daerah yang membutuhkan kehadiran Armada TNI AL. Armadanya harus lebih besar dan kuat. Namun masalah mendesak yang ada di hadapan kita adalah bahwa semua penelitian menunjukkan perlunya peningkatan kekuatan angkatan laut, namun tanpa tindakan tegas dari pemimpin negara dan legislative terhadap pembangunan Armada, kita akan melihat kekuatan Angkatan Laut menjadi berkurang. 

Jadi kita harus meningkatkan jumlah dan kemampuan platform dengan cepat: kita harus mencapai tingkat pembangunan yang lebih tinggi sehingga kita dapat terus berupaya untuk maju. Kita harus mempersenjatai platform tersebut dengan muatan yang lebih efektif dan modern. Kita harus memanfaatkan celah sensor dan komunikasi dengan lebih baik. Kita harus beroperasi pada jaringan yang akan terdegradasi dengan lebih baik dan pulih lebih cepat dibandingkan jaringan pesaing kita. Yang terpenting, armada masa depan harus berada di stasiun secepatnya! Kita membutuhkan armada yang lebih kuat ini pada tahun 2030an. Untuk melakukan hal tersebut, kita harus meningkatkan kemampuan dari apa yang sudah kita miliki, dan menggabungkan teknologi dan platform baru secepat mungkin. 

Mengingat perhatian yang terfokus pada Angkatan Laut masa depan, banyak pemikir berbeda yang secara independen sampai pada kesimpulan serupa dimana persaingan sedang berlangsung, dan kecepatan mendominasi. Dalam kompetisi eksponensial, pemenang akan mengambil semuanya, sebagai bangsa maritim yang memiliki akar sejarah kelautan kita harus menghilangkan perasaan berada pada zona nyaman, dan bergerak untuk membangun armada tempur yang lebih besar, lebih terdistribusi, dan lebih mampu untuk melaksanakan misi kita. Sebagai warga Sumatera Barat mungkin dapat kita lakukan dengan hal yang sederhana, yaitu menanamkan kepada anak cucu kita sudah saatnya kita tidak lagi memunggungi lautan namun saatnya kita menatap lautan sebagai sumber kekuatan yang belum terexplorasi dengan baik.

Sejarah sudah membuktikan hanya bangsa yang besar yang memandang lautan sebagai sumber kejayaan. Oleh karean itu untuk membentuk landasan Armada RI yang kuat diperlukan para pemimpin dan dukungan seluruh lapisan masyarakat yang belajar dan beradaptasi untuk mencapai kinerja semaksimal mungkin, siap untuk operasi dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di lautan.

Ghora Vira Madya Jala….Jalesveva Jayamahe.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top