Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sentra IKM Semakin Tunjukan Tajinya Sebagai Destinasi Wisata Gastronomi

 


Payakumbuh, SUMATERALINE — Sentra Industri Kecil Menengah (IKM) Randang Payakumbuh kian menunjukkan perannya sebagai pusat aktivitas ekonomi kreatif dan destinasi wisata gastronomi sepanjang 2025.

Beragam kunjungan dari sekolah, perguruan tinggi, instansi pemerintah, hingga pelaku kuliner mancanegara mencerminkan meningkatnya ketertarikan publik terhadap proses produksi randang sebagai bagian dari daya tarik pariwisata daerah.

Hal tersebut diperkuat dengan penetapan Sentra IKM Randang sebagai Kawasan Berbasis Kekayaan Intelektual (K-BKI) Tahun 2025 oleh Kementerian Hukum Republik Indonesia untuk kategori kawasan karya cipta.

Pengakuan ini dinilai sebagai langkah untuk memperkuat perlindungan sekaligus meningkatkan nilai ekonomi produk kuliner lokal.

Sejak awal tahun, Sentra Randang menjadi lokasi pembelajaran luar kelas bagi banyak institusi, mulai dari TK Istiqlal, SD Negeri 66 Payakumbuh, Universitas Sumatera Barat, Kampus Sutan Syahrir Riau, SD IT Baiturrahman dan sederet kunjungan lainnya.

Kementerian Hukum melalui jajaran Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual juga beberapa kali meninjau proses pengembangan kawasan berbasis kekayaan intelektual.


Kunjungan akademik dari UNP dan rombongan Sekolah Lansia Bangkinang turut memperlihatkan minat terhadap potensi wisata gastronomi yang ditawarkan sentra tersebut.

Di sisi lain, pelaku usaha turut melihat peluang ekonomi. HIPERMI (Himpunan Pengusaha Rendang Minangkabau) bersilaturahmi untuk memperkuat jejaring usaha, sementara sejumlah calon buyer dari berbagai daerah mulai menjajaki kerja sama.

Hingga Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) turut melakukan kunjungan untuk melihat kemungkinan randang menjadi alternatif konsumsi jamaah haji.

Pengawasan reguler dari Balai POM dan Dinas Lingkungan Hidup Payakumbuh juga berlangsung untuk memastikan standar mutu, keamanan pangan, serta pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

Penyerahan piagam kawasan berbasis kekayaan intelektual dilakukan oleh Kepala Kanwil Kemenkum Sumatera Barat, Alpius Sarumaha, kepada Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman, pada Juni lalu.

Alpius menilai Payakumbuh konsisten dalam memanfaatkan potensi lokal untuk memperkuat ekonomi masyarakat.


“Payakumbuh telah mengambil langkah strategis melalui sentra produksi unggulan. Kekayaan intelektual menjadi elemen penting dalam pengembangan ekonomi kreatif dan perlu dikelola secara optimal,” ujarnya.

Ia berharap pengakuan ini dapat mendorong kemunculan inovasi baru yang memiliki nilai ekonomi dan daya saing regional.

Peningkatan atensi terhadap randang semakin terlihat pada Agustus 2025 ketika tujuh chef internasional dari Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura, dan Thailand mengikuti rangkaian program “Yuk Marandang – Gastronomy and Tourism 2025”.

Selama kegiatan, para chef mempelajari proses memasak randang secara tradisional dan mencoba mengolah bumbu dengan gaya kuliner negara masing-masing.

Agenda ini dinilai membuka ruang promosi yang lebih luas bagi randang sebagai ikon gastronomi Minangkabau.

Wali Kota Payakumbuh Zulmaeta mengatakan partisipasi chef internasional memberikan peluang baru bagi sektor pariwisata dan industri kreatif.

“Kehadiran chef mancanegara memperluas jejaring promosi dan membuka peluang kolaborasi internasional. Ini langkah konkret untuk memperkuat posisi randang sebagai bagian dari daya tarik wisata Payakumbuh,” kata Zulmaeta.

Salah satu peserta, Chef Rohana dari Brunei Darussalam, mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan tersebut.


“Kami disambut dengan sangat baik. Kegiatan ini bukan hanya tentang memasak, tetapi juga pertukaran budaya yang memberi pengalaman baru,” ucapnya.

Wakil Wali Kota Payakumbuh Elzadaswarman setelah menerima penghargaan K-BKI menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk memperluas pengembangan produk kuliner berbasis kekayaan intelektual.

“Pengakuan ini akan menjadi landasan bagi pengembangan produk-produk lokal lainnya yang memiliki nilai budaya dan ekonomi. Kami juga mendorong inovasi pengemasan agar randang dapat menjangkau lebih banyak segmen pasar, termasuk wisatawan yang menjadikan randang sebagai oleh-oleh,” ujarnya.

"Kami berharap, dari rangkaian kunjungan dan pengakuan tersebut dapat memperkuat posisi Payakumbuh sebagai pusat ekonomi kreatif dan destinasi wisata gastronomi berbasis kearifan lokal," pungkasnya. (*)