Membalut Luka Psikis di Kota Bingkuang: Ikhtiar Askrindo Pulihkan Senyum Anak Pascabencana
PADANG – SL - Di sela-sela riuh rendah pemulihan fisik Kota Padang pascabanjir, sebuah langkah humanis menyentuh akar fondasi masa depan: kesehatan jiwa anak-anak. Melalui tangan dingin para guru PAUD, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) merajut kembali harapan yang sempat koyak akibat trauma bencana.
Bertempat di Gedung Youth Center Padang, Selasa (16/12), suasana hangat menyelimuti kegiatan Literasi Pendampingan Trauma Healing. Di sana, ratusan guru PAUD berkumpul bukan sekadar untuk menimba ilmu, melainkan bersiap menjadi "penyembuh" bagi jiwa-jiwa kecil yang terguncang.
Jembatan Menuju Pemulihan
Asisten II Setdako Padang, Didi Aryadi, hadir mewakili Wali Kota Padang dengan apresiasi yang mendalam. Baginya, inisiatif Askrindo adalah bentuk kepedulian yang patut diacungi jempol.
"Bencana tak hanya meninggalkan sisa lumpur, tapi juga meninggalkan jejak psikososial yang mendalam pada anak-anak. Kita ingin kepercayaan diri mereka kembali, dan literasi trauma healing ini adalah kuncinya," ujar Didi dengan nada penuh harap.
Senada dengan itu, Direktur Kepatuhan, SDM, dan MR Askrindo, Mahelan Prabantarikso, menegaskan bahwa kehadiran perusahaan BUMN ini merupakan perwujudan tanggung jawab sosial (CSR) yang menyasar aspek kemanusiaan. Tak hanya sekadar membagikan mainan dan bahan bacaan sebagai penghibur lara, Askrindo berkomitmen mengawal pemulihan kesehatan jiwa korban.
Menjaga Aset Bangsa di Masa Genting
Kehadiran Bunda PAUD Sumatera Barat, Ny. Harneli Mahyeldi, menambah bobot urgensi kegiatan ini. Namun, sorotan tajam datang dari Wakil Ketua Umum Komnas Perlindungan Anak, Lia Latifah. Ia mengingatkan bahwa di balik hiruk-pikuk pengungsian, terdapat kerentanan yang sering terlupakan.
"Anak adalah aset negara yang paling berharga, namun di pengungsian, mereka sangat rentan terhadap pelecehan seksual. Pengawasan harus berlipat ganda," tegas Lia di hadapan para peserta.
Lia menekankan pentingnya empati dalam mendampingi anak yang mengalami perubahan perilaku akibat trauma:
Validasi Emosi: Jangan melarang anak menangis; biarkan mereka meluapkan emosi.
Waspada Orang Asing: Membekali anak agar tidak mudah percaya pada orang baru di situasi darurat.
Pendampingan Lembut: Menghadapi kemarahan anak tidak boleh dengan amarah serupa, melainkan dengan pemahaman.
Harapan di Ujung Pena
Kegiatan ini berakhir dengan satu visi besar: menjadikan guru PAUD sebagai garda terdepan penanganan pascabencana. Kini, para pengajar di Kota Padang tidak hanya dibekali dengan kurikulum pendidikan, tetapi juga dengan kecakapan teknis untuk memulihkan kondisi psikologis daerah jika sewaktu-waktu alam kembali menguji.
Askrindo telah menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan pascabencana. Harapannya sederhana namun mulia: agar tawa anak-anak Padang kembali bergaung, seiring dengan pulihnya kota tercinta.(SRP)
