
MA Akan Menghadapi Hukum yang Selama ini ia Tunda-tunda !
Padang - Di sebuah lorong sempit di jantung Gurun Laweh, Padang, kala malam belum sempat usai menyeka gelapnya, sekelompok petugas berseragam menyibak lengang, menjemput takdir yang telah lama tercium baunya oleh angin. Rumah kecil berwarna lusuh di sudut jalan itu, yang selama ini tampak tak mencolok, menyimpan rahasia yang mengguncang nalar.
MA, lelaki empat puluh tahun, menyambut pagi bukan dengan cahaya matahari, tapi dengan sorot lampu petugas dan bunyi langkah yang menggema seperti ketukan takdir. Ia tak sempat berlari. Sebab yang datang bukan hanya hukum, tapi kenyataan yang selama ini ia tunda-tunda untuk dihadapi.
Di dalam kamarnya tempat sunyi yang mungkin dahulu jadi saksi impian masa muda, polisi menemukan 12 paket kristal bening, sabu-sabu yang lebih tajam dari belati, lebih kejam dari sunyi. Plastik-plastik kecil itu, bagai serpihan dosa yang tak sempat disembunyikan, kini menjadi bukti dari sebuah jalan gelap yang telah lama ia pilih.
Bersama benda-benda lain: pipet runcing, alat isap, korek api bermata jarum semua bukan sekadar alat, melainkan simbol dari kehancuran yang dibuat perlahan, tapi pasti.
AKP Martadius, dengan wajah yang telah kenyang melihat luka masyarakat, menjelaskan bahwa informasi masyarakatlah yang menjadi benih dari penangkapan ini. Sebuah benih yang tumbuh dari kepedulian, ditanam oleh mereka yang tak ingin kampungnya tenggelam dalam racun tak kasat mata.
MA mengakui semuanya dengan suara yang barangkali lebih berat dari seluruh barang bukti yang kini terhampar di atas meja penyidik. Tak ada dalih. Tak ada sandiwara. Hanya seorang manusia yang akhirnya tak bisa lagi lari dari pantulan cermin yang retak.
Namun, ini bukan akhir. Ini baru awal dari perjalanan hukum yang panjang. Polisi masih menelusuri akar dari pohon gelap ini, mencari ranting-ranting yang mungkin lebih besar, lebih berbahaya. Sebab peredaran sabu bukan hanya perkara satu orang, tapi jaringan yang menjalar seperti racun dalam nadi kota.
Dan Gurun Laweh, yang namanya berarti tempat sunyi nan luas, hari itu bergetar oleh kabar, bahwa di balik sunyinya, ada luka. Tapi juga harapan. Bahwa masih ada yang berani melawan gelap, dengan cahaya hukum dan keberanian untuk bersuara.
Sebab kota ini, Padang yang kita cintai, tak boleh dibiarkan runtuh oleh kristal-kristal kecil yang mematikan.(SRP)
0 komentar:
Posting Komentar