Lapau dan Surau: Dua Pilar Penjaga Identitas dan Karakter Masyarakat Minangkabau
Payakumbuh, SUMATERALINE – Anggota DPRD Kota Payakumbuh, Ketua Komisi C, Fitrayanto, menegaskan kembali peran sentral Lapau dan Surau sebagai dua pilar yang saling melengkapi dalam membentuk karakter dan dinamika sosial masyarakat Minangkabau. Menurutnya, kedua lembaga sosial ini merupakan ‘ruang kehidupan’ yang tidak terpisahkan.
Fitrayanto menjelaskan bahwa Lapau dan Surau memiliki fungsi yang berbeda namun saling mengisi. “Dalam tradisi kita, Lapau berfungsi sebagai pusat interaksi sosial dan informasi publik. Sedangkan Surau berperan sebagai pusat pendidikan agama, adat, dan moral,” ujar Fitrayanto, saat diwawancarai di ruang kerjanya, Kamis, 30 Oktober 2025.
Politisi yang akrab disapa masyarakat ini memaparkan, Surau memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membentuk fondasi karakter bangsa. “Surau tidak sekadar tempat ibadah. Ia adalah simbol adat dan budaya Minangkabau. Dari sanalah lahir ulama-ulama yang berintegritas dan bermoral tinggi. Surau juga telah menjadi tempat mencetak tokoh-tokoh bangsa yang berasal dari Minangkabau, yang namanya harum di kancah nasional,” jelasnya dengan penuh keyakinan.
Di sisi lain, Lapau, menurut Fitrayanto, berperan sebagai ruang publik yang dinamis. “Lapau adalah tempat masyarakat berinteraksi, berdiskusi, dan berbagi informasi mengenai berbagai topik, termasuk topik-topik teraktual yang sedang terjadi. Dari masalah sehari-hari hingga persoalan politik dan pembangunan, semuanya dibicarakan di Lapau dengan semangat baso-basi (etika) dan musyawarah,” tambahnya.
Fitrayanto menyimpulkan bahwa sinergi antara Lapau dan Surau inilah yang membentuk kepribadian masyarakat Minangkabau yang unik. “Jadi, dapat kita katakan bahwa Lapau dan Surau merupakan ‘Ruang Kehidupan’ yang komprehensif. Surau mengajarkan nilai-nilai dasar agama dan moral, sementara Lapau menjadi laboratorium sosial untuk menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Kombinasi inilah yang selama ini membentuk karakter masyarakat Minangkabau yang kuat, religius, namun tetap progresif,” pungkasnya.
Ke depan, Fitrayanto berharap nilai-nilai yang ditanamkan melalui kedua lembaga ini dapat terus dilestarikan dan diadaptasi dengan perkembangan zaman, agar kontribusi masyarakat Minangkabau bagi bangsa dan negara tetap signifikan.
