Tak Surut oleh Hujan, Ribuan Warga Padang Semarakkan Tradisi 'Serak Gulo' dengan 5 Ton Gulo
PADANG – Hujan lebat yang mengguyur Kota Padang, Sabtu (22/11/2025) sore, tidak menyurutkan antusiasme ribuan warga untuk memadati halaman Masjid Muhammadan di kawasan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan. Mereka berkumpul demi mengikuti puncak perayaan tradisi unik warga keturunan India, "Serak Gulo".
Tradisi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia sejak 2023 ini berlangsung meriah. Sebanyak lima ton gula pasir, yang merupakan hasil sumbangan masyarakat dan donatur, dikumpulkan untuk dibagikan dalam ritual tahunan tersebut.
Simbol Syukur dan Penghormatan
Tradisi Serak Gulo, atau "tebar gula", digelar setiap tanggal 1 Jumadil Akhir tahun Hijriah (saat ini 1447 H). Ritual ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada Sahul Hamid, seorang ulama yang memiliki peran penting dalam penyebaran Islam, khususnya di wilayah Padang. Lebih dari sekadar ritual, Serak Gulo dimaknai sebagai simbol rasa syukur, keberkahan, dan upaya mempererat persaudaraan.
Prosesi inti dimulai pada pukul 16.00 WIB hingga 18.00 WIB. Karung-karung berisi gula dinaikkan ke atap masjid. Setelah doa bersama dipanjatkan oleh tokoh agama, bungkusan-bungkusan kecil gula tersebut dilemparkan dari atas atap kepada ribuan warga yang telah menanti di bawah. Suasana riuh rendah penuh kegembiraan pecah saat warga berlomba menangkap bungkusan gula tersebut.
Modal Sosial dan Wisata Budaya
Acara yang dipusatkan di kawasan Kota Tua Padang—dekat Batang Arau dan Pelabuhan Muara—ini turut dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, di antaranya Wakil Wali Kota Padang Maigus Nasir, Anggota DPD RI Abu Bakar Jamalia, serta jajaran Dinas Pariwisata Provinsi Sumatera Barat dan Kota Padang.
Ketua Panitia, Faisal Gaus, dalam laporannya menekankan pentingnya menjaga ketertiban selama acara berlangsung. Sementara itu, Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mempertahankan tradisi ini dan mengembangkan kawasan Pasa Gadang sebagai destinasi wisata unggulan.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang, Yudi Indra Syani, menyoroti nilai filosofis dari perhelatan ini. Menurutnya, Serak Gulo bukan sekadar ajang hiburan, melainkan modal sosial yang memperkuat silaturahmi di tengah keberagaman masyarakat Ranah Minang.
"Kita ingin menegaskan bahwa perbedaan itu bukan alasan untuk berjarak, tetapi alasan untuk bersatu. Harmoni itu tidak jatuh dari langit, tapi harus kita bangun dengan kesadaran, toleransi, dan saling menghormati," ujar Yudi.
Ia menambahkan, kegiatan ini menjadi wadah edukasi sosial di mana masyarakat luas dapat mengenal lebih dekat tradisi komunitas Muslim keturunan India yang telah lama membaur di Kota Padang. Dukungan penuh dari Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, serta dana Pokir DPRD Sumbar memastikan kelancaran acara yang telah menjadi agenda tetap kalender wisata ini. (SRP)
