‎Pesisir Selatan — Upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional kembali menunjukkan progres signifikan di Sumatera Barat. Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang bersama Anggota Komisi V DPR RI Zigo Rolanda meninjau langsung pelaksanaan pembangunan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Sawah Laweh di Nagari Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.
‎Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda reses DPR RI, di mana Zigo turun langsung meninjau pekerjaan fisik di lapangan, didampingi oleh Kepala Seksi Pelaksanaan, Kepala Seksi KPISDA, serta PPK Irigasi dan Rawa I dan II BWS Sumatera V Padang. Fokus utama kunjungan ini adalah memastikan proyek strategis nasional di bidang sumber daya air berjalan tepat sasaran, tepat mutu, dan tepat manfaat bagi masyarakat tani.
‎Dari Tadah Hujan ke Sistem Irigasi Teknis
‎Selama bertahun-tahun, kawasan Sawah Laweh dikenal sebagai lahan tadah hujan yang sangat bergantung pada kondisi cuaca. Saat kemarau tiba, debit air alami menurun drastis, menyebabkan produktivitas pertanian menurun hingga di bawah satu kali tanam per tahun.
‎Namun kini, melalui pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh, sistem pertanian tradisional tersebut mulai bertransformasi menuju pertanian beririgasi teknis.
‎“Selama ini masyarakat hanya bisa menanam sekali setahun. Dengan adanya jaringan irigasi ini, kita berharap petani bisa menanam hingga tiga kali setahun,” ujar Zigo Rolanda dalam dialognya bersama masyarakat dan pelaksana proyek.
‎Zigo menegaskan, pembangunan infrastruktur air merupakan tulang punggung ketahanan pangan nasional. Sinergi lintas lembaga antara pemerintah pusat, daerah, dan teknis pelaksana seperti BWS Sumatera V menjadi faktor kunci agar manfaat proyek benar-benar dapat dirasakan oleh petani di lapangan.
‎Rp 22,3 Miliar untuk Irigasi Sawah Laweh: Tiga Tahap Pembangunan
‎Pemerintah pusat melalui program Inpres Irigasi telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 22,3 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh. Proyek ini terbagi dalam tiga tahap konstruksi:
‎Tahap II: Rp 2,9 miliar untuk pembangunan jaringan utama;
‎Tahap III: Rp 15,9 miliar untuk penyelesaian lanjutan jaringan utama;
‎Tambahan Rp 3,5 miliar untuk pembangunan jaringan tersier.
‎Zigo menyebut, angka tersebut bukan sekadar nominal anggaran, melainkan bentuk komitmen pemerintah dalam menghadirkan infrastruktur air yang berfungsi dan berkelanjutan.
‎“Irigasi bukan sekadar saluran beton, tetapi sistem kehidupan. Air yang mengalir ke sawah berarti mengalirkan harapan bagi ribuan keluarga petani,” ujarnya.
‎Capaian Sementara: 598 Hektare Teraliri dari 3.273 Hektare Potensial
‎Dari hasil peninjauan teknis, Kepala Seksi Pelaksanaan BWS Sumatera V Padang melaporkan bahwa hingga saat ini jaringan irigasi yang telah selesai dibangun baru mampu mengaliri sekitar 598 hektare dari total 3.273 hektare lahan potensial di D.I Sawah Laweh.
‎Artinya, baru sekitar 18 persen area yang sudah berfungsi penuh. Untuk mencapai cakupan total, BWS memperkirakan kebutuhan anggaran tambahan sekitar Rp 359 miliar, yang akan direalisasikan secara bertahap menyesuaikan prioritas dan ketersediaan dana.
‎“Kami memastikan setiap rupiah anggaran menghasilkan manfaat teknis dan sosial bagi masyarakat. Meski medan dan kondisi topografi menantang, kami tetap berupaya agar sistem irigasi ini berfungsi optimal sesuai desain hidrolika yang telah direncanakan,” terang perwakilan BWS Sumatera V Padang.
‎Menuju Sistem Irigasi Terpadu dan Produktivitas Berkelanjutan
‎Pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh meliputi pekerjaan saluran primer, sekunder, dan tersier, serta bangunan pelengkap seperti bangunan bagi, sadap, talang, dan pelimpah yang dirancang dengan memperhatikan aspek efisiensi distribusi air dan stabilitas struktur.
‎Penerapan sistem irigasi gravitasi di wilayah ini diharapkan mampu menekan kehilangan air, meningkatkan indeks pertanaman, serta memperluas cakupan lahan produktif.
‎Dengan semakin terhubungnya jaringan irigasi ini, Nagari Duku dan Tarusan berpotensi menjadi kawasan lumbung pangan baru di Sumatera Barat, sekaligus model pengelolaan sumber daya air terpadu yang berbasis masyarakat.
‎“Pekerjaan ini belum selesai, tapi setiap meter saluran yang terbangun adalah langkah menuju kesejahteraan petani,” pungkas Zigo Rolanda penuh optimisme.
‎Catatan Teknis Singkat
‎Nama Proyek: Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Sawah Laweh
‎Lokasi: Nagari Duku, Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan
‎Pelaksana Teknis: BWS Sumatera V Padang
‎Luas Potensial: 3.273 ha
‎Luas Teraliri Saat Ini: 598 ha
‎Total Anggaran: Rp 22,3 miliar (tahap awal)
‎Kebutuhan Lanjutan: Rp 359 miliar
‎Sumber Dana: Program Inpres Irigasi (APBN) Pertanian Pesisir Selatan: Irigasi D.I Sawah Laweh Jadi Tonggak Produktivitas Baru

‎Pesisir Selatan — Upaya pemerintah dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional kembali menunjukkan progres signifikan di Sumatera Barat. Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera V Padang bersama Anggota Komisi V DPR RI Zigo Rolanda meninjau langsung pelaksanaan pembangunan Jaringan Irigasi Daerah Irigasi (D.I) Sawah Laweh di Nagari Duku, Kecamatan Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan.


‎Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda reses DPR RI, di mana Zigo turun langsung meninjau pekerjaan fisik di lapangan, didampingi oleh Kepala Seksi Pelaksanaan, Kepala Seksi KPISDA, serta PPK Irigasi dan Rawa I dan II BWS Sumatera V Padang. Fokus utama kunjungan ini adalah memastikan proyek strategis nasional di bidang sumber daya air berjalan tepat sasaran, tepat mutu, dan tepat manfaat bagi masyarakat tani.


‎Dari Tadah Hujan ke Sistem Irigasi Teknis


‎Selama bertahun-tahun, kawasan Sawah Laweh dikenal sebagai lahan tadah hujan yang sangat bergantung pada kondisi cuaca. Saat kemarau tiba, debit air alami menurun drastis, menyebabkan produktivitas pertanian menurun hingga di bawah satu kali tanam per tahun.


‎Namun kini, melalui pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh, sistem pertanian tradisional tersebut mulai bertransformasi menuju pertanian beririgasi teknis.


‎“Selama ini masyarakat hanya bisa menanam sekali setahun. Dengan adanya jaringan irigasi ini, kita berharap petani bisa menanam hingga tiga kali setahun,” ujar Zigo Rolanda dalam dialognya bersama masyarakat dan pelaksana proyek.


‎Zigo menegaskan, pembangunan infrastruktur air merupakan tulang punggung ketahanan pangan nasional. Sinergi lintas lembaga antara pemerintah pusat, daerah, dan teknis pelaksana seperti BWS Sumatera V menjadi faktor kunci agar manfaat proyek benar-benar dapat dirasakan oleh petani di lapangan.


‎Rp 22,3 Miliar untuk Irigasi Sawah Laweh: Tiga Tahap Pembangunan


‎Pemerintah pusat melalui program Inpres Irigasi telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 22,3 miliar untuk pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh. Proyek ini terbagi dalam tiga tahap konstruksi:


‎Tahap II: Rp 2,9 miliar untuk pembangunan jaringan utama;


‎Tahap III: Rp 15,9 miliar untuk penyelesaian lanjutan jaringan utama;


‎Tambahan Rp 3,5 miliar untuk pembangunan jaringan tersier.


‎Zigo menyebut, angka tersebut bukan sekadar nominal anggaran, melainkan bentuk komitmen pemerintah dalam menghadirkan infrastruktur air yang berfungsi dan berkelanjutan.


‎“Irigasi bukan sekadar saluran beton, tetapi sistem kehidupan. Air yang mengalir ke sawah berarti mengalirkan harapan bagi ribuan keluarga petani,” ujarnya.


‎Capaian Sementara: 598 Hektare Teraliri dari 3.273 Hektare Potensial


‎Dari hasil peninjauan teknis, Kepala Seksi Pelaksanaan BWS Sumatera V Padang melaporkan bahwa hingga saat ini jaringan irigasi yang telah selesai dibangun baru mampu mengaliri sekitar 598 hektare dari total 3.273 hektare lahan potensial di D.I Sawah Laweh.


‎Artinya, baru sekitar 18 persen area yang sudah berfungsi penuh. Untuk mencapai cakupan total, BWS memperkirakan kebutuhan anggaran tambahan sekitar Rp 359 miliar, yang akan direalisasikan secara bertahap menyesuaikan prioritas dan ketersediaan dana.


‎“Kami memastikan setiap rupiah anggaran menghasilkan manfaat teknis dan sosial bagi masyarakat. Meski medan dan kondisi topografi menantang, kami tetap berupaya agar sistem irigasi ini berfungsi optimal sesuai desain hidrolika yang telah direncanakan,” terang perwakilan BWS Sumatera V Padang.


‎Menuju Sistem Irigasi Terpadu dan Produktivitas Berkelanjutan


‎Pembangunan jaringan irigasi D.I Sawah Laweh meliputi pekerjaan saluran primer, sekunder, dan tersier, serta bangunan pelengkap seperti bangunan bagi, sadap, talang, dan pelimpah yang dirancang dengan memperhatikan aspek efisiensi distribusi air dan stabilitas struktur.


‎Penerapan sistem irigasi gravitasi di wilayah ini diharapkan mampu menekan kehilangan air, meningkatkan indeks pertanaman, serta memperluas cakupan lahan produktif.


‎Dengan semakin terhubungnya jaringan irigasi ini, Nagari Duku dan Tarusan berpotensi menjadi kawasan lumbung pangan baru di Sumatera Barat, sekaligus model pengelolaan sumber daya air terpadu yang berbasis masyarakat.


‎“Pekerjaan ini belum selesai, tapi setiap meter saluran yang terbangun adalah langkah menuju kesejahteraan petani,” pungkas Zigo Rolanda penuh optimisme.


‎Catatan Teknis Singkat


‎Nama Proyek: Pembangunan Jaringan Irigasi D.I Sawah Laweh


‎Lokasi: Nagari Duku, Koto XI Tarusan, Kabupaten Pesisir Selatan


‎Pelaksana Teknis: BWS Sumatera V Padang


‎Luas Potensial: 3.273 ha


‎Luas Teraliri Saat Ini: 598 ha


‎Total Anggaran: Rp 22,3 miliar (tahap awal)


‎Kebutuhan Lanjutan: Rp 359 miliar


‎Sumber Dana: Program Inpres Irigasi (APBN)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top