
Penguatan Kapasitas Petugas Lapangan dalam Strategi Coping HIV/AIDS pada Anak melalui Edukasi Dongeng Interaktif di Yayasan Akbar
Sebagai perwujudan nyata dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Syedza Saintika yang terdiri dari Dr. Sri Handayani, M.Kes, Dr. Gusliani Eka Putri, M.Si, dan Rifda Wahyuni, M.Psi, melaksanakan program pengabdian masyarakat yang didanai oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) melalui pendanaan Kemensaintek Dikti, pada periode Juni hingga Agustus 2025.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh urgensi peningkatan kapasitas petugas lapangan dalam menghadapi kompleksitas kasus HIV/AIDS pada anak, terutama dalam hal pendampingan psikososial dan peningkatan kepatuhan terapi antiretroviral (ARV). Strategi coping menjadi salah satu pendekatan yang terbukti efektif dalam membantu anak menghadapi tekanan psikologis akibat status HIV-positif, sehingga diperlukan intervensi edukatif yang terstruktur dan berbasis bukti ilmiah.
Tujuan Kegiatan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas lapangan dalam menerapkan strategi coping HIV/AIDS pada anak melalui metode edukasi yang inovatif, berbasis teknologi interaktif dan pendekatan naratif. Rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi:
Sosialisasi Pendekatan Pendampingan Anak dengan HIV/AIDS Kegiatan ini dirancang untuk membekali petugas lapangan dengan pemahaman dasar mengenai aspek psikososial anak dengan HIV/AIDS, termasuk pendekatan empatik, komunikasi terapeutik, dan teknik interaksi yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Pelatihan Penggunaan Media Edukatif Interaktif Pelatihan ini berfokus pada pemanfaatan buku dongeng “Bubu dan Biji Ajaib” yang dipadukan dengan media boneka tangan sebagai alat bantu edukasi. Media ini dirancang untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan secara menyenangkan dan mudah dipahami oleh anak.
Implementasi Edukasi Melalui Dongeng oleh Petugas Lapangan Petugas lapangan dilatih untuk menyampaikan edukasi melalui narasi dongeng “Bubu Nan Pintar”, yang memuat pesan moral dan edukatif mengenai kepatuhan minum obat serta pentingnya menjaga kesehatan diri. Pendekatan ini terbukti meningkatkan keterlibatan emosional anak dan memperkuat pemahaman mereka tentang penyakit yang diidap.
Sosialisasi Model Coping Strategik dalam Pelaksanaan VCT Anak Model ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan konseling dan testing secara sukarela (VCT) dengan pendekatan yang ramah anak dan berbasis prinsip coping psikologis. Penyusunan model dilakukan berdasarkan kajian teoritik dan praktik lapangan.
Penguatan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
Sebagai bagian dari tata kelola layanan yang akuntabel, dilakukan pelatihan terkait pencatatan perkembangan anak, dokumentasi kegiatan edukatif, dan pelaporan evaluatif secara berkelanjutan.
Hasil dan Evaluasi Program
Program ini mengadopsi modul coping strategik HIV/AIDS berbasis pendekatan psikologi anak dan kesehatan masyarakat. Pendekatan edukatif menggunakan media dongeng interaktif terbukti memberikan dampak positif, baik dalam meningkatkan pemahaman anak mengenai kondisi kesehatannya, maupun dalam memperkuat peran petugas lapangan sebagai fasilitator yang efektif.
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan pada aspek kompetensi petugas lapangan, khususnya dalam penggunaan media edukatif, komunikasi empatik, serta pemahaman strategi coping. Intervensi ini juga dinilai mampu menciptakan suasana interaksi yang positif antara petugas dan anak, sehingga mendukung kepatuhan minum obat secara lebih optimal.
Menurut Ketua Tim Pelaksana, Dr. Sri Handayani, M.Kes, program ini merupakan bagian dari inisiatif jangka panjang dalam membangun model edukasi HIV/AIDS yang berkelanjutan dan berbasis bukti. “Kami berharap program ini dapat terus dikembangkan dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, agar tercipta sinergi dalam penanganan HIV/AIDS pada anak secara holistik,” ujarnya.
Kesimpulan
Kegiatan pengabdian ini menjadi salah satu contoh praktik baik dalam penguatan kapasitas petugas lapangan melalui pendekatan interdisipliner dan edukatif. Kolaborasi antara akademisi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemerintah, dan komunitas menjadi kunci keberhasilan intervensi. Ke depan, program serupa diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain dengan menyesuaikan konteks lokal, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap upaya pengendalian HIV/AIDS pada anak secara nasional.(*)
0 komentar:
Posting Komentar